Rabu, 14 Oktober 2009

Cara Mengurangi Kemiskinan di Indonesia

Kemiskinan Indonesia Meningkat? Menurun?..... Mana Yang Benar?

Ada yang mengatakan tingkat kemiskinan di Indonesia bertambah: ...
The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) estimated that the number of poor people would reach 40 million (16.82%) by 2009. This number indicates an increase of approximately 5 million when compared to results from the Central Bureau of Statistics (BPS) survey in March 2008, which revealed poverty figures at 34.96 million (15,42%)....... ((Zaenal Muttaqin) Sumber: SINDO Newspaper, www.seputar-indonesia.com. Sedangkan menurut Biro Pusat Statistik Indonesia jumlah penduduk miskin selama Maret 2009 turun 14,15 persen atau 2,43 juta jiwa, menjadi 32,53 juta jiwa. Nah lho....sebenarnya naik atau turun sih jumlah penduduk kita yang miskin?!.......
Menurut saya setelah 35 tahun ( sejak awal orde baru sampai sekarang) kita selalu menganut strategi pembangunan disegala bidang, maunya semua dikerjakan dan maunya semua berhasil, padahal kemampuan kita baik dana, tenaga, dan tehnologi....jelas jelas sangat terbatas. Dana saja misalnya sampai
dengan pertengahan semester kedua tahun 2008 utang luar negeri Indonesia meningkat US$ 2,335 miliar!, salah satu dampak penambahan signifikian akibat fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap tiga valuta asing utama, yakni yen Jepang, dollar AS, dan euro!!! (Bulan juni 2008 utang luar negeri Indonesia masih 1,780 Milyar Dollar). (Kompas, Senin 24 November 2008). Tenaga trampil? Sebenarnya harapan kita sumber tenaga trampil ini adalah jebolan perguruan tinggi yang ada, akan tetapi kenyataannya justru lulusan perguruan tinggi kita banyak yang menganggur, menurut informasi yang diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), hampir sejuta lulusan dari sekitar 2.900 perguruan tinggi (PT) di Indonesia, dan dari berbagai disiplin ilmu pada 2009 ini, masih belum memiliki pekerjaan. Menurut Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Depdiknas Fasli Jalal, pengangguran intelektual yang berasal dari lulusan sarjana dari tahun ke tahun terus bertambah. Menurut dia, munculnya pengangguran di tingkat sarjana, terjadi karena sebagian besar lulusan perguruan tinggi adalah pencari kerja (job-seeker) daripada pencipta kerja (job-creator). Hal ini terjadi karena sistem pembelajaran yang diterapkan di berbagai PT lebih terfokus pada bagaimana menyiapkan para mahasiswa yang cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan. "Hampir semua PT menerapkan sistem pembelajaran yang kurang efektif. Para mahasiswa diupayakan cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan, tapi ternyata pada kenyataan di lapangan tidak demikian," katanya. (Suara Pembaharuan ). Apalagi tehnologi, umumnya tehnologi yang berkembang pesat dinegara kita adalah tehnologi yang kita import dari negara lain, mobil, motor, komputer , alat mesin dll, yang biaya importnya membebani negara dengan utang lagi.
Saya ingin berkontribusi dalam hal ini, kenapa kita tidak meninggalkan dulu strategi "pembangunan disegala bidang" karena kemampuan kita memang jelas tidak mendukung! Kita perlu menentukan bidang bidang pembangunan tertentu, yang kalau kita fokuskan dana, tenaga dan tehnologi yang ada sekarang (kalau perlu dari hutang) kebidang bidang tersebut, hasilnya akan memberikan dampak kebidang bidang lainnya tanpa perlu pemerintah mengeluarkan dana dan tenaga khusus. Misalnya bila kita fokus kepembuatan jalan untuk melancarkan transportasi akan memberikan dampak ikutan terbukanya lapangan kerja (karena pembuatan jalan itu membutuhkan tenaga kerja kasar, menengah dan ahli yang banyak), terbukanya urat nadi perekonomian dengan lancarnya transportasi, hidupnya perdagangan antar pasar, terbukanya daerah daerah yang dilalui jalan jalan raya, terbukanya kesempatan untuk maju penduduk daerah dst. Sehubungan dengan pendapat saya ini, ada kata kata mutiara yang dipegang teguh dengan konsekwen oleh negara China: " Bila ingin memakmurkan rakyat buatlah jalan sebanyak mungkin. Bila kita membangun jalan besar maka akan besar pula kemakmuran rakyat disekitarnya. Bila kita membangun jalan kecil akan kecil pula kemakmuran rakyat disekitarnya. Dan bila kita membangun jalan cepat bebas hambatan akan melesat pula tingkat kemakmuran rakyatnya". Ini secara konsekwen dilakukan oleh China, hasilnya...menjadi negara yang paling tinggi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya. Masyarakat pedesaan China merasakan benar manfaat dibangunnya jalan secara intensif oleh pemerintah sejak 1995. Memang tidak ada penelitian yang menaksir jumlah penduduk pedesaan yang mendapat manfaat dari peningkatan pembangunan jalan, dalam bentuk akses yang lebih baik terhadap pasar, sekolah, klinik klinik kesehatan, dan pelayanan social lainnya. Paling tidak ada sekitar 300 juta penduduk dipedesaan menikmati manfaat social dari investasi pada jalan selama 20 tahun terakhir.
Melalui blog ini marilah kita berdiskusi, sekiranya dalam 5 (lima) tahun kedepan pemerintah merubah strategi pembangunan dengan memfokuskan pembangunan jalan: semua ibukota provinsi terhubungkan dengan jalan raya bebas hambatan, kota kota berpenduduk lebih dari 1 juta terhubung dengan jalan raya 2 arah dengan masing arah 3 lajur, kota kota dengan penduduk dibawah 1 juta dihubungkan dengan jalan raya 4 lajur, dan semua desa dihubungkan oleh jalan beraspal, saya yakin Indonesia akan berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin dengan signifikan. Tapi ada syaratnya, selama 5 tahun ini pembangunan gedung gedung baru, pembelian mobil mobil baru dan lain lain beban pembangunan yang hanya untuk meningkatkan kenyamanan penjabat harus di MORATORIUM !



1 komentar:

  1. Semoga setiap orang dalam merencanakan dan melakukan segala sesuatu senantiasa mendasarkan pada kehendak Tuhan dan keadilan bagi sesama. Dengan demikian damai dan sejahtera akan senantiasa menjadi bagian hidup seluruh lapisan masyarakat.

    http://terang-jiwa.blogspot.com/

    BalasHapus